Gadis itu masih terpaku di depan pusara yang masih basah itu. Sesekali terdengar isak tangis dari bibir mungilnya, sembari memanggil sebuah nama.
“ tama…”
Kemudian dia mengusap pusara itu, kembali ia menyeka air mata yg menetes di pipinya. Sesekali tangisnya mereda,namun sesekali pula tangisnya semakin kencang. Sampai tiba-tiba ia berteriak.
“ aaaaarrrghhhh….!!!!
Tama bodoh……!!!! Napa kamu tinggalin aku secepat ini…. Harusnya aku yang mati,bukan kamu, tam”
Ia menangis lagi, sambil memukulkan tinjunya ke tanah yang masih basah itu. Begitu seterusnya. Hingga ia tak sadarkan diri di atas pusara itu.
Beberapa pasang mata yang melihatnya,hanya bisa mengurut dada.
“kasihan naya, dia harus mengalami luka ini lagi.
..........................................................
Beberapa bulan sebelumnya…
Naya sedang asik nyeruput teh manisnya di kantin, ketika tiba-tiba tasya menghampirinya yang saat itu sedang bersama fee dengan terburu-buru.
“nay,fee…!! Ada anak baru di kelas kita loh….!
Cakeeeeppp…banget, udah gitu gayanya cool abis, pinter, tajir lagi..
Hati-hati fee,bisa-bisa rangking lu di rebut ama dia,” cerocosnya panjang lebar.
Fee yang sedang asik melahap baksonya itu kemudian menanggapi tasya dengan gayanya yang tenang abis.
“ ya udahlah..kalo dia ambil rangking gw… ya gw ambil balik. Susah amat,” katanya sambil menguyah bola daging favoritnya itu.
“ tapi kan…,” tasya mau ngomong tapi keburu di potong oleh naya.
“ duh..udah deh… cowok aja di ributin. Apa serunya coba”
“susah ya… ngomong ama orang jomblo,” sambung tasya nyindir
Fee hanya terkekeh mendengarnya.
“mank salah kalo jomblo? Suku-suka gw donk,” naya jengkel.
“ kata tasya bener juga kali nay, lu terlalu lama nutup diri dari cowok. Sampe bimo,aldo,miko n yang lain lu tolak juga. Sampe kapan mau terus-terusan gini say? Inget..life must go on..lu gak bisa terus terpaku sama yg dah g ada…
“ cukup fee… gw gak mw di ceramahin lagi!”
Tasya hanya bisa bengong melihat adegan itu,
“ wah..fee, lu salah ngomong lagi”
Fee menghela nafas panjang
“ itu demi kebaikan dia juga. Dia gak bisa terus hidup di dalam bayang-bayang first lovenya itu,”kata fee sambil meninggalkan tasya yang masih bingung dengan ucapannya barusan.
“ first love? Siapa?sejak kapan?,” tasya semakin bingung.
“bodo ah,” dia pun berlari kecil mengejar fee yang jalannya seperti angin,cpet banget.
Di pinggir danau sekolah…
“kenapa kamu pergi secepat itu..chiko… aku kangen kamu”
Naya menitikkan air mata, hatinya terasa sakit. Begitu sakit,sehingga ia tak mampu menahan tubuhnya. Naya pingsan.
Seseorang melihat kejadian itu,dengan segera membopong naya ke ruang UKS.
Perlahan naya membuka matanya,silau dan pusing. Itu yang di rasakannya.
“nay,lu gak papa?”
Fee menghampiri dengan perlahan
“maaf, gak seharusnya gw ngomong gitu ke elo,”
Fee merasa bersalah pada naya, mungkin memang maksudnya baik. Tapi dia sadar kata-katanya itu membuat luka naya terasa sakit kembali.
“gw gak papa fee, mungkin emang udah waktunya gw berubah. Tapi, chiko gak bisa hilang gitu aja dari hidup gw”
Naya terisak, ingatannya melayang ke saat terakhir dia bareng chiko.
..............................................................................
Hari itu, hari yang sangat berarti buat naya.
Dia terpilih mewakili sekolahnya mengikuti seminar teater bersama pemain teater terkenal favoritnya, arika putri dan rangga ryan saputra.
Naya sangat senang dengan hal itu, karena dia udah lama banget ketemu mereka.
“wah…ada yg seneng ni,”
“ia ni… ada yg lagi seneng ni ceritanya,”
Tasya dan fee asyik menggoda naya.
Tiba-tiba seseorang datang menghampiri mereka,
“hai nay,” sapa orang itu.
“ ng…eh hai juga,” kata naya tersipu.
Kedua sahabat naya yang melihat itu langsung paham.
“ gw cabut dulu ya nay, gw mau ke toko buku ni,”kata fee sambil menarik tasya pergi dari situ.
“ eh…tapi…..,”
Naya memotong,tapi kedua temannya terlanjur kabur. Naya salah tingkah ni….
“ ehm..selamat ya nay… akhirnya impian kamu tercapai juga,”
“ma…makasih ya ko,”
“ sialan tuh anak dua! Malu ni…,” batin naya.
Chiko yang menangkap geliat naya yang tak biasa, langsung bertanya
“kamu kenapa? Sakit ya,”
“ hah… ng aku gak papa kok ko,”
“ o iya, kamu mau kan aku antaerin ke gedung teater ntar malem?”
Naya tersentak, bingung di buatnya.
“waduh…jawab apa ni gw,”batin naya bingung.
“gimana, kamu mau gak?” chiko mengagetkannya.
“ia, aku mau kok ko,”
Chiko tersenyum, di belainya rambut naya sembari berlalu meninggalkan nya yang diam terpaku. Gak percaya sama apa yang dia alami barusan.
“ tama…”
Kemudian dia mengusap pusara itu, kembali ia menyeka air mata yg menetes di pipinya. Sesekali tangisnya mereda,namun sesekali pula tangisnya semakin kencang. Sampai tiba-tiba ia berteriak.
“ aaaaarrrghhhh….!!!!
Tama bodoh……!!!! Napa kamu tinggalin aku secepat ini…. Harusnya aku yang mati,bukan kamu, tam”
Ia menangis lagi, sambil memukulkan tinjunya ke tanah yang masih basah itu. Begitu seterusnya. Hingga ia tak sadarkan diri di atas pusara itu.
Beberapa pasang mata yang melihatnya,hanya bisa mengurut dada.
“kasihan naya, dia harus mengalami luka ini lagi.
..........................................................
Beberapa bulan sebelumnya…
Naya sedang asik nyeruput teh manisnya di kantin, ketika tiba-tiba tasya menghampirinya yang saat itu sedang bersama fee dengan terburu-buru.
“nay,fee…!! Ada anak baru di kelas kita loh….!
Cakeeeeppp…banget, udah gitu gayanya cool abis, pinter, tajir lagi..
Hati-hati fee,bisa-bisa rangking lu di rebut ama dia,” cerocosnya panjang lebar.
Fee yang sedang asik melahap baksonya itu kemudian menanggapi tasya dengan gayanya yang tenang abis.
“ ya udahlah..kalo dia ambil rangking gw… ya gw ambil balik. Susah amat,” katanya sambil menguyah bola daging favoritnya itu.
“ tapi kan…,” tasya mau ngomong tapi keburu di potong oleh naya.
“ duh..udah deh… cowok aja di ributin. Apa serunya coba”
“susah ya… ngomong ama orang jomblo,” sambung tasya nyindir
Fee hanya terkekeh mendengarnya.
“mank salah kalo jomblo? Suku-suka gw donk,” naya jengkel.
“ kata tasya bener juga kali nay, lu terlalu lama nutup diri dari cowok. Sampe bimo,aldo,miko n yang lain lu tolak juga. Sampe kapan mau terus-terusan gini say? Inget..life must go on..lu gak bisa terus terpaku sama yg dah g ada…
“ cukup fee… gw gak mw di ceramahin lagi!”
Tasya hanya bisa bengong melihat adegan itu,
“ wah..fee, lu salah ngomong lagi”
Fee menghela nafas panjang
“ itu demi kebaikan dia juga. Dia gak bisa terus hidup di dalam bayang-bayang first lovenya itu,”kata fee sambil meninggalkan tasya yang masih bingung dengan ucapannya barusan.
“ first love? Siapa?sejak kapan?,” tasya semakin bingung.
“bodo ah,” dia pun berlari kecil mengejar fee yang jalannya seperti angin,cpet banget.
Di pinggir danau sekolah…
“kenapa kamu pergi secepat itu..chiko… aku kangen kamu”
Naya menitikkan air mata, hatinya terasa sakit. Begitu sakit,sehingga ia tak mampu menahan tubuhnya. Naya pingsan.
Seseorang melihat kejadian itu,dengan segera membopong naya ke ruang UKS.
Perlahan naya membuka matanya,silau dan pusing. Itu yang di rasakannya.
“nay,lu gak papa?”
Fee menghampiri dengan perlahan
“maaf, gak seharusnya gw ngomong gitu ke elo,”
Fee merasa bersalah pada naya, mungkin memang maksudnya baik. Tapi dia sadar kata-katanya itu membuat luka naya terasa sakit kembali.
“gw gak papa fee, mungkin emang udah waktunya gw berubah. Tapi, chiko gak bisa hilang gitu aja dari hidup gw”
Naya terisak, ingatannya melayang ke saat terakhir dia bareng chiko.
Hari itu, hari yang sangat berarti buat naya.
Dia terpilih mewakili sekolahnya mengikuti seminar teater bersama pemain teater terkenal favoritnya, arika putri dan rangga ryan saputra.
Naya sangat senang dengan hal itu, karena dia udah lama banget ketemu mereka.
“wah…ada yg seneng ni,”
“ia ni… ada yg lagi seneng ni ceritanya,”
Tasya dan fee asyik menggoda naya.
Tiba-tiba seseorang datang menghampiri mereka,
“hai nay,” sapa orang itu.
“ ng…eh hai juga,” kata naya tersipu.
Kedua sahabat naya yang melihat itu langsung paham.
“ gw cabut dulu ya nay, gw mau ke toko buku ni,”kata fee sambil menarik tasya pergi dari situ.
“ eh…tapi…..,”
Naya memotong,tapi kedua temannya terlanjur kabur. Naya salah tingkah ni….
“ ehm..selamat ya nay… akhirnya impian kamu tercapai juga,”
“ma…makasih ya ko,”
“ sialan tuh anak dua! Malu ni…,” batin naya.
Chiko yang menangkap geliat naya yang tak biasa, langsung bertanya
“kamu kenapa? Sakit ya,”
“ hah… ng aku gak papa kok ko,”
“ o iya, kamu mau kan aku antaerin ke gedung teater ntar malem?”
Naya tersentak, bingung di buatnya.
“waduh…jawab apa ni gw,”batin naya bingung.
“gimana, kamu mau gak?” chiko mengagetkannya.
“ia, aku mau kok ko,”
Chiko tersenyum, di belainya rambut naya sembari berlalu meninggalkan nya yang diam terpaku. Gak percaya sama apa yang dia alami barusan.
0 komentar:
Posting Komentar